QS24:3 Quran Surat An Nur Ayat 3 terjemah bahasa indonesia oleh kementrian agama republik indonesia (Kemenag) atau departemen agama (Depag) Muhammad Quraish Shihab, tafsir jalalain (Jalal ad-Din al-Mahalli dan Jalal ad-Din as-Suyuti. disertai juga dengan terjemahan bahasa malaysia oleh Abdullah Muhammad Basmeih. An Nur dalam bahasa arab ditulis سورة النّور yang berarti Cahaya
dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. (An-Nur: 39) Demikian pula keadaan orang kafir, ia menduga bahwa dirinya telah mengerjakan suatu amal kebaikan, dan bahwa dirinya pasti mendapat sesuatu pahala. Tetapi apabila ia menghadap kepada Allah pada hari kiamat nanti dan Allah menghisabnya serta menanyai semua amal perbuatannya, ternyata dia tidak
34. 34. Dan sungguh, Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penjelasan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan sebagai pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Baca Ayat Selanjutnya.
Juz ke-22 tafsir ayat ke-20. selanjutnya. Kembali ke Daftar Surat. Bagikan : Al-Qur'an Surat Fatir - Surat Faathir terdiri atas 45 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Furqaan dan merupakan surat akhir dari urutan surat-surat dalam Al Quran yang dimulai dengan Alhamdulillah.
. 24. QS. An-Nur Cahaya 64 ayat بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ سُوۡرَةٌ اَنۡزَلۡنٰهَا وَفَرَضۡنٰهَا وَاَنۡزَلۡنَا فِيۡهَاۤ اٰيٰتٍۭ بَيِّنٰتٍ لَّعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُوۡنَ Suuratun anzalnaahaa wa faradnaahaa wa anzalnaa fiihaaa Aayaatim baiyinaatil la'allakum tazakkaruun 1. Inilah suatu surah yang Kami turunkan dan Kami wajibkan menjalankan hukum-hukumnya, dan Kami turunkan di dalamnya tanda-tanda kebesaran Allah yang jelas, agar kamu ingat. اَلزَّانِيَةُ وَالزَّانِىۡ فَاجۡلِدُوۡا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنۡهُمَا مِائَةَ جَلۡدَةٍ ۖ وَّلَا تَاۡخُذۡكُمۡ بِهِمَا رَاۡفَةٌ فِىۡ دِيۡنِ اللّٰهِ اِنۡ كُنۡتُمۡ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِۚ وَلۡيَشۡهَدۡ عَذَابَهُمَا طَآٮِٕفَةٌ مِّنَ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ Azzaaniyatu wazzaanii fajliduu kulla waahidim minhumaa mi'ata jaldatinw wa laa taakhuzkum bihimaa raafatun fii diinil laahi in kuntum tu'minuuna billaahi wal Yawmil Aakhiri wal yashhad 'azaabahumaa taaa'ifatum minal mu'miniin 2. Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama hukum Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman. اَلزَّانِىۡ لَا يَنۡكِحُ اِلَّا زَانِيَةً اَوۡ مُشۡرِكَةً وَّ الزَّانِيَةُ لَا يَنۡكِحُهَاۤ اِلَّا زَانٍ اَوۡ مُشۡرِكٌ ۚ وَحُرِّمَ ذٰ لِكَ عَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ Azzaanii laa yankihu illaa zaaniyatan aw mushrikatanw wazzaaniyatu laa yankihuhaaa illaa zaanin aw mushrik; wa hurrima zaalika 'alal mu'miniin 3. Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin. وَالَّذِيۡنَ يَرۡمُوۡنَ الۡمُحۡصَنٰتِ ثُمَّ لَمۡ يَاۡتُوۡا بِاَرۡبَعَةِ شُهَدَآءَ فَاجۡلِدُوۡهُمۡ ثَمٰنِيۡنَ جَلۡدَةً وَّلَا تَقۡبَلُوۡا لَهُمۡ شَهَادَةً اَبَدًا ۚ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ Wallaziina yarmuunal muhsanaati summa lam yaatuu bi-arba'ati shuhadaaa'a fajliduuhum samaaniina jaldatanw wa laa taqbaluu lahum shahaadatan abadaa; wa ulaaa'ika humul faasiquun 4. Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik berzina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik, اِلَّا الَّذِيۡنَ تَابُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ ذٰلِكَ وَاَصۡلَحُوۡاۚ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ Illal laziina taabuu mim ba'di zaalika wa aslahuu fa innal laaha Ghafuurur Rahiim 5. kecuali mereka yang bertobat setelah itu dan memperbaiki dirinya, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. وَالَّذِيۡنَ يَرۡمُوۡنَ اَزۡوَاجَهُمۡ وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهُمۡ شُهَدَآءُ اِلَّاۤ اَنۡفُسُهُمۡ فَشَهَادَةُ اَحَدِهِمۡ اَرۡبَعُ شَهٰدٰتٍۭ بِاللّٰهِۙ اِنَّهٗ لَمِنَ الصّٰدِقِيۡنَ Wallaziina yarmuuna azwaajahum wa lam yakul lahum shuhadaaa'u illaaa anfusuhum fashahaadatu ahadihim arb'u shahaadaatim billaahi innahuu laminas saadiqiin 6. Dan orang-orang yang menuduh istrinya berzina, padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka kesaksian masing-masing orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya dia termasuk orang yang berkata benar. وَالۡخَـامِسَةُ اَنَّ لَـعۡنَتَ اللّٰهِ عَلَيۡهِ اِنۡ كَانَ مِنَ الۡكٰذِبِيۡنَ Wal khaamisatu anna la'natal laahi 'alaihi in kaana minal kaazibiin 7. Dan sumpah yang kelima bahwa laknat Allah akan menimpanya, jika dia termasuk orang yang berdusta. وَيَدۡرَؤُا عَنۡهَا الۡعَذَابَ اَنۡ تَشۡهَدَ اَرۡبَعَ شَهٰدٰتٍۢ بِاللّٰهِۙ اِنَّهٗ لَمِنَ الۡكٰذِبِيۡنَۙ Wa yadra'u anhal 'azaaba an tashhada arba'a shahaa daatim billaahi innahuu laminal kaazibiin 8. Dan istri itu terhindar dari hukuman apabila dia bersumpah empat kali atas nama Allah bahwa dia suaminya benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta, وَالۡخَـامِسَةَ اَنَّ غَضَبَ اللّٰهِ عَلَيۡهَاۤ اِنۡ كَانَ مِنَ الصّٰدِقِيۡنَ Wal khaamisata anna ghadabal laahi 'alaihaaa in kaana minas saadiqiin 9. dan sumpah yang kelima bahwa kemurkaan Allah akan menimpanya istri, jika dia suaminya itu termasuk orang yang berkata benar. وَلَوۡلَا فَضۡلُ اللّٰهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهٗ وَاَنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ حَكِيۡمٌ Wa law laa fadlul laahi 'alaikum wa rahmatuhuu wa annal laaha Tawwaabun Hakiim 10. Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu niscaya kamu akan menemui kesulitan. Dan sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat, Mahabijaksana. اِنَّ الَّذِيۡنَ جَآءُوۡ بِالۡاِفۡكِ عُصۡبَةٌ مِّنۡكُمۡ ؕ لَا تَحۡسَبُوۡهُ شَرًّا لَّـكُمۡ ؕ بَلۡ هُوَ خَيۡرٌ لَّـكُمۡ ؕ لِكُلِّ امۡرِىٴٍ مِّنۡهُمۡ مَّا اكۡتَسَبَ مِنَ الۡاِثۡمِ ۚ وَالَّذِىۡ تَوَلّٰى كِبۡرَهٗ مِنۡهُمۡ لَهٗ عَذَابٌ عَظِيۡمٌ Innal laziina jaaa'uu bilifki 'usbatum minkum; laa tahsabuuhu sharral lakum bal huwa khairul lakum; likul limri'im minhum mak tasaba minal-ism; wallazii tawallaa kibrahuu minhum lahuu 'azaabun 'aziim 11. Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barangsiapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar dari dosa yang diperbuatnya, dia mendapat azab yang besar pula. لَوۡلَاۤ اِذۡ سَمِعۡتُمُوۡهُ ظَنَّ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَالۡمُؤۡمِنٰتُ بِاَنۡفُسِهِمۡ خَيۡرًاۙ وَّقَالُوۡا هٰذَاۤ اِفۡكٌ مُّبِيۡنٌ Law laaa iz sami'tumuuhu zannal mu'minuuna walmu'minaatu bi anfusihim khairanw wa qooluu haazaaa ifkum mmubiin 12. Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu dan berkata, "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata." لَوۡلَا جَآءُوۡ عَلَيۡهِ بِاَرۡبَعَةِ شُهَدَآءَ ۚ فَاِذۡ لَمۡ يَاۡتُوۡا بِالشُّهَدَآءِ فَاُولٰٓٮِٕكَ عِنۡدَ اللّٰهِ هُمُ الۡـكٰذِبُوۡنَ Law laa jaaa'uu 'alaihi bi-arba'ati shuhadaaa'; fa iz lam yaatuu bishshuhadaaa'i fa ulaaa 'ika 'indal laahi humul kaazibuun 13. Mengapa mereka yang menuduh itu tidak datang membawa empat saksi? Oleh karena mereka tidak membawa saksi-saksi, maka mereka itu dalam pandangan Allah adalah orang-orang yang berdusta. وَلَوۡلَا فَضۡلُ اللّٰهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهٗ فِى الدُّنۡيَا وَالۡاٰخِرَةِ لَمَسَّكُمۡ فِىۡ مَاۤ اَفَضۡتُمۡ فِيۡهِ عَذَابٌ عَظِيۡمٌ Wa law laa fadlul laahi 'alaikum wa rahmatuhuu fiddunyaa wal aakhirati lamassakum fii maaa afadtum fiihi 'azaabun 'aziim 14. Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal itu berita bohong itu. اِذۡ تَلَـقَّوۡنَهٗ بِاَ لۡسِنَتِكُمۡ وَتَقُوۡلُوۡنَ بِاَ فۡوَاهِكُمۡ مَّا لَـيۡسَ لَـكُمۡ بِهٖ عِلۡمٌ وَّتَحۡسَبُوۡنَهٗ هَيِّنًا ۖ وَّهُوَ عِنۡدَ اللّٰهِ عَظِيۡمٌ iz talaqqawnahuu bi alsinatikum wa taquuluuna bi afwaahikum maa laisa lakum bihii 'ilmunw wa tahsabuu nahuu haiyinanw wa huwa 'indl laahi 'aziim 15. Ingatlah ketika kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar. وَ لَوۡلَاۤ اِذۡ سَمِعۡتُمُوۡهُ قُلۡتُمۡ مَّا يَكُوۡنُ لَـنَاۤ اَنۡ نَّـتَكَلَّمَ بِهٰذَ ا ۖ سُبۡحٰنَكَ هٰذَا بُهۡتَانٌ عَظِيۡمٌ Wa law laaa iz sami'tu muuhu qultum maa yakuunu lanaaa an natakallama bihaazaa Subhaanaka haaza buhtaanun 'aziim 16. Dan mengapa kamu tidak berkata ketika mendengarnya, "Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Mahasuci Engkau, ini adalah kebohongan yang besar." يَعِظُكُمُ اللّٰهُ اَنۡ تَعُوۡدُوۡا لِمِثۡلِهٖۤ اَبَدًا اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَۚ Ya'izukumul laahu an ta'uuduu limislihiii abadan in kuntum mu'miniin 17. Allah memperingatkan kamu agar jangan kembali mengulangi seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang beriman, وَيُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمُ الۡاٰيٰتِؕ وَاللّٰهُ عَلِيۡمٌ حَكِيۡمٌ Wa yubaiyinul laahu lakumul Aayaat; wallaahu 'Aliimun Hakiim 18. dan Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. اِنَّ الَّذِيۡنَ يُحِبُّوۡنَ اَنۡ تَشِيۡعَ الۡفَاحِشَةُ فِى الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌۙ فِى الدُّنۡيَا وَالۡاٰخِرَةِؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ وَاَنۡـتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ Innal laziina yuhibbuuna an tashii'al faahishatu fil laziina aamanuu lahum 'azaabun aliimun fid dunyaa wal Aakhirah; wallaahu ya'lamu wa antum laa ta'lamuun 19. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu berita bohong tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. وَلَوۡلَا فَضۡلُ اللّٰهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهٗ وَاَنَّ اللّٰهَ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌ Wa law laa fadlul laahi 'alaikum wa rahmatuhuu wa annal laaha Ra'uufur Rahiim 20. Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar. Sungguh, Allah Maha Penyantun, Ma-ha Penyayang.
أَوْ كَظُلُمَٰتٍ فِى بَحْرٍ لُّجِّىٍّ يَغْشَىٰهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِۦ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِۦ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَآ أَخْرَجَ يَدَهُۥ لَمْ يَكَدْ يَرَىٰهَا ۗ وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ ٱللَّهُ لَهُۥ نُورًا فَمَا لَهُۥ مِن نُّورٍ Arab-Latin Au kaẓulumātin fī baḥril lujjiyyiy yagsyāhu maujum min fauqihī maujum min fauqihī saḥāb, ẓulumātum ba'ḍuhā fauqa ba'ḍ, iżā akhraja yadahụ lam yakad yarāhā, wa mal lam yaj'alillāhu lahụ nụran fa mā lahụ min nụrArtinya Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak pula, di atasnya lagi awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya petunjuk oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. An-Nur 39 ✵ An-Nur 41 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangTafsir Penting Terkait Dengan Surat An-Nur Ayat 40 Paragraf di atas merupakan Surat An-Nur Ayat 40 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada bermacam tafsir penting dari ayat ini. Didapatkan bermacam penjelasan dari beragam ulama terkait isi surat An-Nur ayat 40, misalnya seperti termaktub📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaAtau perbuatan-perbuatan mereka itu diumpamakan seperti kegelapan-kegelapan di laut yang dalam, yang di atasnya ada gelombang, dan tertutupi gelombang lainnya, dan di atasnya terdapat awan tebal. Kegelapan-kegelapan pekat, yang sebagiannya berada di atas sebagian yang lain. Apabila orang yang melihat mengeluarkan tangannya, ia hampir-hampir tidak dapat melihatnya, lantaran pekatnya kegelapan-kegelapan itu. Orang-orang kafir telah bertumpuk-tumpuk pada mereka kegelapan syirik, kesesatan dan rusaknya amal perbuatan mereka. Karenanya, barangsiapa yang Allah tidak menjadikan cahaya baginya, melalui kitab suciNya dan sunnah NabiNya yang dapat ia jadikan sumber petunjuk, maka tidak ada pemberi petunjuk baginya.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram40. Atau amalan mereka seperti kegelapan di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, di atas ombak itu ada ombak lagi, di atasnya lagi ada awan yang menghalangi dari petunjuk bintang-bintang; kegelapan yang berlapis-lapis. Apabila ia mengeluarkan tangannya dalam kondisi gelap ini, ia tidak dapat melihatnya lantaran gelapnya. Demikianlah perumpamaan orang kafir yang berada dalam kegelapan; kejahilan, kebingungan, dan hatinya terkunci. Siapa yang tiada diberi petunjuk dan ilmu tentang kitab-Nya oleh Allah maka ia tidak akan mempunyai petunjuk yang bisa menunjukinya, dan tidak pula mempunyai kitab yang menerangi jalannya.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah40. Atau amalan mereka seperti kegelapan yang berlapis-lapis dalam dasar lautan; di atasnya terdapat ombak-ombak yang saling bertumpang tindih, dan di atas ombak yang paling tinggi terdapat awan pekat yang menghalangi penglihatan, hingga ketika dia mengeluarkan tangannya hampir-hampir dia tidak dapat melihatnya. Demikianlah orang kafir terjerumus di dalam kesesatan dan kemaksiatan. Dan barangsiapa yang tidak Allah beri petunjuk kepada keimanan maka tidak ada yang dapat memberinya dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah40. أَوْ كَظُلُمٰتٍ Atau seperti gelap gulita Allah membuat perumpamaan lain dalam amalan orang-orang kafir, yakni amalan mereka seperti kegelapan. فِى بَحْرٍ لُّجِّىٍّdi lautan yang dalam Yakni lautan yang tidak diketahui kedalamannya karena begitu dalam. يَغْشَىٰهُ مَوْجٌyang diliputi oleh ombak Yakni lautan itu diliputi oleh ombak sampai tertutup seluruhnya oleh ombak tersebut. مِّن فَوْقِهِۦ مَوْجٌyang di atasnya ombak pula Yakni diatas ombak itu terdapat ombak yang lain. مِّن فَوْقِهِۦ سَحَابٌ ۚ di atasnya lagi awan Sehingga terkumpul pada mereka ketakutan pada lautan dan ombak-ombaknya, serta awan tinggi di atasnya sebab awan itu menutupi bintang-bintang yang mereka jadikan sebagai penunjuk arah di lautan. ظُلُمٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍgelap gulita yang tindih-bertindih Yakni gelapnya kejahilan, keraguan, kebingungan, serta hati yang tertutup dan terkunci. إِذَآ أَخْرَجَapabila dia mengeluarkan tangannya Yakni orang yang berada dalam kegelapan di lautan itu. يَدَهُۥ لَمْ يَكَدْ يَرَىٰهَا ۗtiadalah dia dapat melihatnya Ia tidak dapat melihatnya kecuali dengan susah payah. وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللهُ لَهُۥ نُورًا فَمَا لَهُۥ مِن نُّورٍdan barangsiapa yang tiada diberi cahaya oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun Dan barangsiapa yang tidak diberi Allah hidayah maka dia tidak akan mendapatkan hidayah. Kegelapan yang ada dalam hati orang kafir ini adalah kebalikan dari cahaya yang ada dalam hati orang beriman, hal ini telah dijelaskan seperti pada ayat 35.📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi ArabiaAl-Qur'an tidak menunjukkan hal berharga dari rahasia-rahasianya kecuali kepada orang-orang yang diizinkan oleh Allah عز وجل, dan izin itu tidak akan diberikan bagi orang-orang yang hatinya masih terpaut kepada kesombongan dan hawa nafsu,📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah40. Atau amal perbuatan orang-orang kafir itu menyerupai kegelapan yang pekat di laut yang sangat dalam yang tertutup ombak, di atas ombak itu ada ombak lainnya dan di atas ombak yang tertinggi ada awan-awan tebal. Kegelapan berlapis tiga atau empat, yaitu kegelapan laut, kegelapan ombak pertama dan kedua, kegelapan awan, dan kegelapan malam. Hal itu menyerupai kegelapan dari kebodohan, penolakan, keburukan, segel dan kunci atas hati orang kafir. Ketika orang yang melihat menjulurkan tangannya ke dalam kegelapan-kegelapan ini, maka dia hamper tidak bisa melihatnya, meskipun itu adalah sesuatu yang paling dekat dengannya. Dan orang yang tidak diberi hidayah oleh Allah dalam hatinya maka dia tidak diberi petunjuk, yaitu orang yang tidak dituntun Allah menuju sebab-sebab suatu hidayah, maka dia buka orang yang ditunjukkan. Kegelapan-kegelapan ini menutupi hati orang kafir dan sebagai kebalikan dari cahaya-cahaya dalam hati orang mukmin di ayat sebelumnya {Matsalu Nurihi} [35].Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahAtau seperti gelap gulita} atau perumpamaan amal perbuatan mereka dalam hal kerusakannya yaitu seperti kegelapan {di lautan yang dalam} dalam {yang diliputi} lautan yang dalam itu diliputi {oleh gelombang demi gelombang yang di atasnya ada awan gelap. Itulah kegelapan yang berlapis-lapis} kegelapan awan, kegelapan ombak, dan kegelapan laut {Apabila dia mengeluarkan tangannya, dia benar-benar tidak dapat melihatnya} dia benar-benar tidak bisa melihatnya karena sangat gelap {Siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, maka dia tidak ada baginya cahaya sedikit pun📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H40 perumpamaan kedua tentang kebatilan amalan orang-orang kafir “atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam,” dasarnya dalam dan jangkauannya luas “yang diliputi oleh ombak, yang diatasnya ombak pula, diatasnya lagi awan; gelap gulita yang bertindih-tindih,” kegelapan laut yang dalam, kemudian dipermukaannya kegelapan gelombang yang bergulung-gulung, dan dinaungi di atasnya kegelapan awan yang hitam, lantas diselimuti kegelapan malam yang pekat. Maka, kegelapan semakin parah sekali, dimana keadaan seseorang pada saat itu “apabila dia mengeluarkan tanggannya, tiadalah dia dapat melihatnya,” walaupun tangannya begitu dekat dengan dirinya. Lalu bagaimana dengan benda lain? Begitu pula kaum kafir, kegelapan telah bertumpuk-tumpuk dalam hati mereka; sebuh kegelapan sifat bawaan yang tidak mengandung kebaikan sama sekali, ditambah dengan kegelapan kekufuran nya, disusul kegelapan kebodohannya, dan dilanjutkan oleh kegelapan dari perbuatan yang muncul sebagaimana yang telah disebutkan. Merekapun mengalami kebingungan dalam kegelapannya, tidak bisa melihat dalam kesesatan mereka, membelakangi jalan yang lurus, mondar-mandir pada jalur-jalur kekeliruan dan kesesatan. Demikian ini, lantaran Allah telah menelantarkan mereka tanpa hidayah dan tidak memberikan bagian dari cahayaNya kepada mereka. “dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya petunjuk oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun,” karena dirinya zhalim lagi bodoh, tidak ada kebaikan dan cahaya padanya kecuali apa yang telah Allah berikan dan anugerahkan. Dua permisalan ini mengandung kemungkinan berlaku untuk amalan seluruh orang kafir. Keduanya bersesuain dengannya hakikat amalan orang-orang kafir. Allah telah menyebutkannya secara terperinci lantaran perbedaan karakternya. Dimungkinkan juga, setiap perumpamaan itu diperuntukkan bagi kelompok dan golongan tertentu. Perumpamaan pertama untuk orang-orang yang diikuti dan permisalan yang kedua bagi para pengikutnya. Wallahu’alam.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, An-Nur ayat 40 Dan berada dalam kegelapan malam. Padahal tangannya dekat dengannya, lalu bagaimana dengan yang berada jauh? Demikianlah orang-orang kafir, kegelapan di atas kegelapan menumpuk di hati mereka; gelapnya tabiat, di atasnya lagi gelapnya kekafiran, di atasnya lagi gelapnya kebodohan dan di atasnya lagi gelapnya amal yang muncul daripadanya. Sehingga mereka pun berada dalam kegelapan dan kebingungan, karena Allah telah meninggalkan mereka dan tidak memberikan cahaya-Nya. Kedua perumpamaan ditujukan kepada amal orang-orang kafir, atau yang satu untuk salah satu golongan orang kafir, sedangkan yang satu lagi untuk golongan yang lain; perumpamaan yang pertama ditujukan kepada orang-orang yang diikuti, sedangkan perumpamaan yang kedua ditujukan kepada orang-orang yang mengikuti, wallahu a’lam. Oleh karena itu, barang siapa yang tidak diberi petunjuk oleh Allah, maka ia tidak akan memperoleh dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat An-Nur Ayat 40Allah menyajikan perumpamaan lain terkait betapa sia-sianya amal orang kafir itu. Atau keadaan orang-orang kafir itu seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang tidak dapat dijangkau kedalamannya, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya yaitu di atas gelom-bang yang bertumpuk dan bergulung-gulung itu ada lagi awan gelap yang menutupi sinar matahari. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis; perpaduan antara laut yang begitu dalam, ombak yang bergulung-gulung, dan awan yang kelam. Begitu pekat kegelapan itu hingga apabila dia mengeluarkan tangannya untuk didekatkannya ke mata, hampir saja dia tidak dapat melihatnya. Barang siapa tidak diberi cahaya petunjuk oleh Allah maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun. 41. Allah menguraikan bukti kebesaran dan kekuasaan-Nya pada ayat berikut agar manusia beribadah kepada-Nya dan mengakui keesaan-Nya. Tidakkah engkau tahu, wahai nabi Muhammad, bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi dengan keadaan atau cara masing-masing, dan bersama mereka bertasbih juga burung yang mengembangkan sayapnya; tidak ada yang mencegahnya jatuh kecuali atas kuasa dan izin Allah. Masing-masing makhluk itu sungguh telah me-ngetahui cara berdoa dan bertasbih-Nya sendiri, tetapi kamu tidak me-ngetahuinya lihat juga surah al-isr'/17 44. Allah maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. Allah pada ayat ini secara istimewa menyebut burung karena penciptaan burung dan kemampuannya terbang terasa nyata menunjukkan keajaiban penciptaan dan kesempurnaan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikianlah bermacam penafsiran dari beragam ahli tafsir berkaitan makna dan arti surat An-Nur ayat 40 arab-latin dan artinya, moga-moga bermanfaat bagi kita bersama. Bantulah syi'ar kami dengan mencantumkan hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan Halaman Paling Banyak Dilihat Telaah banyak topik yang paling banyak dilihat, seperti surat/ayat Assalaamualaikum, Yasin 40, Luqman 13-14, Al-Fatihah 2, Yunus 41, Al-Baqarah 284-286. Termasuk Al-A’raf, Ali Imran 191, Ali Imran 104, Al-Fatihah 7, Al-Baqarah 216, Al-Fatihah 1. AssalaamualaikumYasin 40Luqman 13-14Al-Fatihah 2Yunus 41Al-Baqarah 284-286Al-A’rafAli Imran 191Ali Imran 104Al-Fatihah 7Al-Baqarah 216Al-Fatihah 1 Pencarian surat al waqiah ayat 27-40, do a sholat dhuha, surah aljin, 2 ayat terakhir al baqarah sebelum tidur, hasbiyallahu la ilaha illa huwa 'alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul 'arsyil 'adhim Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
اَوْ كَظُلُمٰتٍ فِيْ بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَّغْشٰىهُ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ سَحَابٌۗ ظُلُمٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍۗ اِذَآ اَخْرَجَ يَدَهٗ لَمْ يَكَدْ يَرٰىهَاۗ وَمَنْ لَّمْ يَجْعَلِ اللّٰهُ لَهٗ نُوْرًا فَمَا لَهٗ مِنْ نُّوْرٍ ࣖ 40. Atau keadaan orang-orang kafir seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada lagi awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barangsiapa tidak diberi cahaya petunjuk oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun. Share Copy Copy
اَللّٰهُ نُوۡرُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ ؕ مَثَلُ نُوۡرِهٖ كَمِشۡكٰوةٍ فِيۡهَا مِصۡبَاحٌ ؕ الۡمِصۡبَاحُ فِىۡ زُجَاجَةٍ ؕ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوۡكَبٌ دُرِّىٌّ يُّوۡقَدُ مِنۡ شَجَرَةٍ مُّبٰـرَكَةٍ زَيۡتُوۡنَةٍ لَّا شَرۡقِيَّةٍ وَّلَا غَرۡبِيَّةٍ ۙ يَّـكَادُ زَيۡتُهَا يُضِىۡٓءُ وَلَوۡ لَمۡ تَمۡسَسۡهُ نَارٌ ؕ نُوۡرٌ عَلٰى نُوۡرٍ ؕ يَهۡدِى اللّٰهُ لِنُوۡرِهٖ مَنۡ يَّشَآءُ ؕ وَ يَضۡرِبُ اللّٰهُ الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِؕ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ ۙ فِىۡ بُيُوۡتٍ اَذِنَ اللّٰهُ اَنۡ تُرۡفَعَ وَيُذۡكَرَ فِيۡهَا اسۡمُهٗۙ يُسَبِّحُ لَهٗ فِيۡهَا بِالۡغُدُوِّ وَالۡاٰصَالِۙ رِجَالٌ ۙ لَّا تُلۡهِيۡهِمۡ تِجَارَةٌ وَّلَا بَيۡعٌ عَنۡ ذِكۡرِ اللّٰهِ وَاِقَامِ الصَّلٰوةِ وَ اِيۡتَآءِ الزَّكٰوةِ ۙ يَخَافُوۡنَ يَوۡمًا تَتَقَلَّبُ فِيۡهِ الۡقُلُوۡبُ وَالۡاَبۡصَارُ ۙ لِيَجۡزِيَهُمُ اللّٰهُ اَحۡسَنَ مَا عَمِلُوۡا وَيَزِيۡدَهُمۡ مِّنۡ فَضۡلِهٖؕ وَاللّٰهُ يَرۡزُقُ مَنۡ يَّشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ وَالَّذِيۡنَ كَفَرُوۡۤا اَعۡمَالُهُمۡ كَسَرَابٍۢ بِقِيۡعَةٍ يَّحۡسَبُهُ الظَّمۡاٰنُ مَآءً ؕ حَتّٰۤى اِذَا جَآءَهٗ لَمۡ يَجِدۡهُ شَيۡـئًـا وَّ وَجَدَ اللّٰهَ عِنۡدَهٗ فَوَفّٰٮهُ حِسَابَهٗ ؕ وَاللّٰهُ سَرِيۡعُ الۡحِسَابِ ۙ اَوۡ كَظُلُمٰتٍ فِىۡ بَحۡرٍ لُّـجّـِىٍّ يَّغۡشٰٮهُ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِهٖ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِهٖ سَحَابٌؕ ظُلُمٰتٌۢ بَعۡضُهَا فَوۡقَ بَعۡضٍؕ اِذَاۤ اَخۡرَجَ يَدَهٗ لَمۡ يَكَدۡ يَرٰٮهَاؕ وَمَنۡ لَّمۡ يَجۡعَلِ اللّٰهُ لَهٗ نُوۡرًا فَمَا لَهٗ مِنۡ نُّوۡرٍ 2435 Allah61 is the Light of the heavens and the His Light in the Universe may be likened to a niche wherein is a lamp, and the lamp is in the crystal which shines in star-like brilliance. It is lit from the oil of a blessed olive tree63 that is neither eastern nor Its oil well nigh glows forth of itself though no fire touched it Light upon Allah guides to His Light whom He Allah sets forth parables to make people understand. Allah knows 2436 Those who are directed to this Light are found in houses which Allah has allowed to be raised and wherein His name is to be remembered68 in them people glorify Him in the morning and in the evening, 2437 people whom neither commerce nor striving after profit diverts them from remembering Allah, from establishing Prayer, and from paying Zakah; people who dread the Day on which all hearts will be overturned and eyes will be petrified; 2438 people who do all this so that Allah may reward them in accordance with the best that they did; indeed He will bestow upon them more out of His Bounty, for Allah grants whomsoever He wills beyond all 2439 But for those who deny the Truth,70 their deeds are like a mirage in the desert, which the thirsty supposes to be water until he comes to it only to find that it was nothing; he found instead that Allah was with Him and He paid his account in full. Allah is swift in settling the 2440 Or its similitude is that of depths of darkness upon an abysmal sea, covered by a billow, above which is a billow, above which is cloud, creating darkness piled one upon another; when he puts forth his hand, he would scarcely see He to whom Allah assigns no light, he will have no 61. From here the discourse is directed towards the hypocrites, who were bent upon starting mischief in the Islamic community, and were as active from within as the unbelievers were from without to harm the Islamic movement and the body politic of Islam. As these people professed belief, and apparently belonged to the Muslim community, and had blood relationships with the Muslims, especially with the Ansar, they were better placed to start and spread mischief. The result was that even some sincere Muslims, due to simplicity or weakness, became tools in their hands and even their supporters. But in spite of their profession of faith, the lure of worldly gains had utterly blinded them to the light that was spreading in the world through the teachings of the Quran and the Prophet Muhammad peace be upon him. The indirect address to the hypocrites here has three things in view. Firstly, to admonish them, for the first and foremost demand of Allah’s providence and His mercy is to go on admonishing the misguided and the erring one till the last in spite of his persistence in mischief and wickedness. Secondly, to differentiate clearly between belief and hypocrisy so that every right thinking person from the Muslim community should be able to distinguish between a true believer and a hypocrite. Then if anybody, in spite of this differentiation, falls a prey to the machinations of the hypocrites or supports them, he should himself be responsible for his conduct. Thirdly, to warn the hypocrites clearly and plainly that Allah’s promises for the believers are meant only for those who sincerely believe and then fulfill the demands and requirements of their faith. These promises are not meant for anybody who poses himself as a Muslim. The hypocrites and the sinful people therefore should not cherish any hope that they will have any share in these. 62. The phrase heavens and the earth in the Quran is generally used for the universe. Thus the verse would also mean Allah is the light of the whole universe. Light is something which makes things visible; which is itself manifest and helps make other things manifest. The human mind conceives light in this very sense. Absence of light is termed darkness, invisibility and obscurity. On the other hand, when there is visibility and things become exposed to view, man says there is light. Allah has been called Light' in this basic sense, and not in the sense of a beam of light which travels at the speed of 186,000 miles per second and stimulates the optic nerve through the retina. This conception of light has nothing to do with the reality of the meaning for which human mind has coined this word; rather the word light is used for all those lights which we experience in this physical world. All human words used for Allah are used in their basic sense and meaning, and not with reference to their physical connotation. For instance, when, the word sight is used with respect to Allah, it does not mean that Allah has an eye like men and animals with which He sees. Similarly when we say that Allah hears or grips or grasps, it does not mean that He hears through ears, or grips or grasps with the hand like us. These words are used in a metaphorical sense and only a man of very poor intelligence would have the misconception that hearing or seeing or grasping is not possible except in the limited and specific sense in which we experience it. Similarly it will be shortsightedness to interpret the word light in the sense of physical light rays emanating from a luminous body and affecting the retina. This word is not applicable to Allah in its limited sense, but in its absolute sense. That is, He alone in this universe is the real and prime cause of manifestation, otherwise there is nothing but darkness here. Everything which gives light and illuminates other things has received its light from Him; it has no light of its own. The word light is also used for knowledge, and ignorance is termed as darkness. Allah is the Light of the universe in this sense too, because the knowledge of reality and of right guidance can be obtained from Him alone; without having recourse to His Light, there will be nothing but darkness of ignorance and the resultant vice and wickedness in the world. 63. “Blessed” yielding multiple benefits. 64. Which is neither in the east nor in the west which grows in an open plane or on a hill, where it gets sunshine from morning till evening. Such an olive tree yields the oil which gives a bright light. On the other hand, a tree which gets sunlight only from the east or only from the west, yields thick oil which gives weak light. 65. In this parable, Allah has been likened to the Lamp and the universe to the Niche. The glass shade is the veil behind which Allah has concealed Himself from His creation. This veil is not a physical veil for concealment, but a veil caused by the intensity of divine manifestation. The human eye is unable to see Him not because of the intervening darkness but because of the intensity of the all pervading, all-embracing Light radiating through the transparent veil. The human vision which is limited in nature cannot comprehend it. It can only comprehend and perceive limited physical lights which vary in brightness, which disappear and reappear, and Which can be perceived only by contrast to existing darkness. But the Absolute Light has no confronting darkness. It does not vanish, it shines forth and pervades all around with everexisting glory; it is beyond human perception and comprehension. As for the lamp which is lit with the oil of a blessed olive tree, which is neither eastern nor western, this is a metaphor to give an idea of the perfect light of the lamp and its brilliance. In antiquity the source for brilliant light were the olive lamps, and the most superior oil for the purpose was that obtained from a tree standing in an open and elevated place. The epithet of Lamp for Allah in the parable does trot mean that Allah is deriving His energy from some external source. It only means that the Lamp of the parable is not an ordinary lamp but the most brilliant lamp that can be imagined. Just as a brilliant lamp illuminates the whole house, so has Allah illuminated the whole universe. Again, the words “its oil is so fine as if it were going to shine forth by itself though no fire touched it”, are also meant to emphasize the brilliance of the light of the lamp, which is being fed by the finest and most readily combustible oil. The olive and its being neither eastern nor western, and high combustibility of its oil by itself' without fire, are not the essential elements of the parable, but attributes of the lamp, which is the primary element of the parable. The essential elements of the parable are only three the Lamp, the Niche and the transparent Glass Shade. The sentence His light may be likened, dispels the possible misunderstanding that one could have from the words Allah is the light of the heavens and the earth. This shows that the use of the word light for Allah does not at all mean that the essence of His Being is nothing but light. In essence, He is a Perfect Being, Who is All-Knowing, All- Powerful, All-Wise etc. and also possessing all Light has been called Light itself because of His Perfection as a source of Light, just as somebody may be called Grace on account of his being highly gracious and beneficent and Beauty because of his being highly beautiful and attractive. 66. That is, although Allah’s Light is illuminating the whole world, everybody does not and cannot perceive it. It is Allah alone Who blesses whomsoever He wills with the capacity for perceiving His Light and benefiting by it. Just as the day and night are alike to a blind man, so is the case of a man without the gift of inner perception. He may see the electric light, the sunlight, the moonlight and the light from stars, but he cannot perceive the Light of Allah. For him there is nothing but darkness in the universe. Just as a blind man cannot see the stone in his way unless he stumbles over it, so is the man without the gift of inner perception, who cannot perceive even those realities around him which may he all brilliance and shining by Allah’s Light. He will perceive them only when he is overtaken by the consequences of his own misdeeds. 67. This means two things First, He knows what parable can best explain a certain reality, and secondly, He knows who is entitled to receive this bounty and who is not. Allah has no need to show His Light to the one who has do desire or longing for it and who is utterly lost in worldly pursuits and in seeking material pleasures and gains. This bounty can be bestowed only on the one who in the knowledge of Allah has a sincere desire for it. 68. Some commentators have interpreted these houses to mean the mosques, and raising them to mean constructing and reverencing them. Some others, however, take them to mean the houses of the believers and raising them to mean raising their moral status. The words to mention His name therein seem to refer to the mosques and support the first interpretation, but if we look deeper, we see that they support the second interpretation equally well. This is because divine law does not confine worship to mosques alone as is the case with the priest-ridden religions where the rituals can only be performed under the leadership of a clergy. In Islam a house is also a place of worship like the mosque and every man is his own priest. As this Surah mostly contains instructions for ennobling domestic life, we feel that the second interpretation is more in keeping with the context though there is no reason for rejecting the first interpretation. There will be no harm if both the mosques and the houses of the believers are implied here. 69. Here those characteristics have been described which are necessary for the true perception of Allah’s Absolute Light and for benefiting from His bounties. Allah does not bestow His bounties without reason. He bestows them on the deserving ones alone. He only sees this that the recipient has sincere love for Him, stands in awe of Him, seeks His favors and avoids His wrath; he is not lost in material pursuits but in spite of his worldly engagements keeps his heart warm with God’s remembrance. Such a person does not rest content with low spiritual levels, but actively endeavors to attain the heights towards which his master may guide him. He does not go for the paltry gains of this transitory world, but has his gaze constantly fixed on the everlasting life of the Hereafter. These are the things which determine whether or not a person should be granted the favor to benefit from Allah’s Light. Then, when Allah is pleased to bestow His bounties, He bestows them without measure; and it will be man’s own incapacity if he does not receive them in full. 70. That is, they refused to accept sincerely the divine message which was brought by the Prophets, and which at that time was being given by the Prophet Muhammad peace be upon him. These verses clearly show that the truthful and righteous believers only can benefit from Allah’s Light. In contrast to them, the state of those people is being described here, who refused to believe and obey the Prophet peace be upon him, who was the real and sole means of attaining the Light of Allah. 71. This parable describes the condition of those people who, in spite of disbelief and hypocrisy, practice some good deeds and also believe, among other things, in the life after death in the hope that their good deeds will be of some help to them in the Hereafter even if they did not believe and follow the Prophet and lacked the qualities of true believers. In this parable they are being told that their expectations of reaping benefits of their ostentatious deeds of virtue in the Hereafter are no more than a mirage. Just as a traveler in the desert takes the glittering sands for a surging pool of water and runs towards it for quenching his thirst, so are these people traveling on the road to death cherishing false hopes on account of their good deeds. But just as the one running towards a mirage does not find anything there to quench his thirst, so will these people find nothing to avail them when they enter the state of death. On the contrary, they will find Allah there, Who will require them to account for their disbelief, hypocrisy and misdeeds, which they committed along with their ostentatious deeds of virtue, and will deal with them in full justice. 72. This parable describes the condition of all the disbelievers and the hypocrites including those who perform good deeds for ostentation. It is being stated that such people are passing their life in a state of absolute and complete ignorance, whether they are the most learned people in the world and leaders in their respective fields of learning. They are like the man who is lost in complete darkness where no ray of light can reach him. They think that knowledge merely consists in producing atom bombs, hydrogen bombs, supersonic planes and moon rockets, or in attaining excellence in economics and finance and law and philosophy. But they little understand that real knowledge is something entirely different and they have no idea of it. Thus considered they are just ignorant, and an illiterate peasant who has gained some acquaintance of the divine truth is wiser than them. 73. Here is stated the real object of the discourse which began with Allah is the Light of the heavens and the earth. When in fact there is no light in the universe except the Light of Allah and all manifestation of reality is due to that Light, where from can the one whom Allah does not give light have light? There exists no other source of light from where he can receive a ray.
surat an nur ayat 35 40